Friday 26 July 2013

Mari Berburu Harta Karun di "Harta Kar(uh)un" !

Membeli barang lama kadang lebih seru dan  berharga dibanding belanja barang keluaran baru, karena barang-barang lama dijual satu paket dengan seperangkat cerita dan kenangan sang pemilik terdahulu. Siapa tahu sepatu yang kamu beli punya jalan hidup yang lebih berliku dan mengharu-biru dibanding kisah cintamu. Ah, mereka siap kau buru!



Sila mampir ke Ir.H.Juanda No 276 Bandung (sebrang Salon Seruni) jam 11 siang hingga 7 malam. Bawa serta kakak adik pacar tetangga saudara dan orangtuamu, ada takjil gratis menunggu! :D 


Friday 19 July 2013

Kisah Sepanjang Jalan

Coba sejenak kamu bayangkan.

Ketika sedang berada dalam perjalanan ke tempat kerja atau ke manapun menggunakan kendaraan umum, kamu tiba-tiba saja disesatkan oleh sang supir untuk tidak bisa sampai ke tujuan. Tiba-tiba angkot yang kamu tumpangi berbelok arah ke jalan kecil, teruuus...hingga kamu tidak bisa ingat lagi dimana arah asalmu. Beberapa penumpang di sekelilingmu mulai terlihat gusar, cemas melirik jam. Namun anehnya, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari masing-masing kalian untuk sekedar bertanya,

"ini angkot mau kemana?"

Kamu duduk di bangku paling sudut dengan punggung yang merosot. Mengamati setiap gerak-gerik penumpang lain, yang, entah mengapa, mulai terlihat menikmati perjalanan. Meskipun tidak ada yang tahu ke mana sebenarnya kendaraan itu mengarah. Dan kelihatannya, tak ada yang berusaha untuk mengetahuinya pun. 

Angkotmu terus melesat di jalanan sepi. Pemandangan di kiri-kananmu makin terlihat asing. Pohon-pohon terlihat saling bersandar, rantingnya yang bercabang melambai-lambai.

"Hai! Selamat jalan!" pekik sebatang pohon yang terlihat paling muda di antara kawanannya.

Suhu udara tiba-tiba menjadi hangat. Cahaya matahari muncul dari sela rimbun daun yang bergoyang saling bergesekan. Kamu memicingkan mata terhadap silau sinarnya yang keemasan. Gerombolan capung menyanyi-nyanyi dan terbang ke sana-kemari. Beberapa di antara mereka bertubrukan dengan kupu-kupu yang baru saja terbangun dari tidurnya yang menggantung di dedaunan. Mereka bertengkar, mengeluarkan suara "ngimimyinimnyi! krrtt..krrrtt!" yang bising.

 Aneh sekali, ujarmu dalam hati.

Sang supir terus mengemudi dengan gayanya yang khas dan santai; siku kanan bertumpu pada jendela yang dibuka penuh. Seolah ia dan para penumpang kebingungannya tengah berada di jalan raya seperti biasa, tidak terjadi apa-apa. Matanya, seperti lazimnya para supir angkot, terlihat besar dan menelaah. Mencari-cari kemungkinan untuk berhenti dan mengangkut penumpang, yang akan menjelma rupiah. 

Kemudian, tanpa diduga, jendela di samping kirimu bergetar. Kamu yang tengah bersandar lantas terhentak. Begitupun jendela di sebelah kananmu, yang membangunkan seorang siswi berseragam putih abu dari kantuknya. Getaran itu terasa cukup lama, namun, kamu dan para penumpang lain tidak dapat melihat apapun di sekitar. Gelap, cahaya yang sedari tadi berhamburan tiba-tiba raib, seperti dihisap oleh kekuatan besar, entah apa. Selama beberapa detik, kamu kesulitan bernapas. Udara terasa berat dan pengap, tenggorokanmu tercekat. Lalu, tak lama kemudian...

Kamu berhadap-hadapan dengan pemandangan yang tak pernah terbayangakan akan kamu temui di tengah-tengah jadwal kuliah, di tengah padat rutinitas yang selalu memaksamu untuk mengalah. Hamparan pasir putih di sekelilingmu terlihat begitu lembut seperti serbuk susu, gradasi air laut dari tosca ke biru seketika meneduhkan matamu. Angkotmu berlayar di airnya yang tenang dan jernih, kadang terlihat berkilauan memantulkan sinar matahari. Garis horizon antara langit dan laut lebur membaur, dunia di hadapanmu nampak begitu luas dan tentramnya.

Penumpang lain mengerjap-kerjapkan matanya tidak percaya. Sebagian tersenyum dan sebagian lain tertawa.

"Ah, Pak supir bisa aja!" ujar salah satu dari mereka.

Pelayaranmu tidak memakan waktu yang lama. Sepuluh menit kemudian, pemandangan berganti menjadi hijau dan berkabut. Suhu sekitarmu berangsur-angsur menyejuk. Dingin, malah. Hei tunggu, ini bukan kabut. Ini awan! Gumpalan kapas putih bersih ini nampak jauh lebih menggiurkan dari kasur tidurmu. Kamu menyadari kedirianmu kini sepertinya lebih tinggi dari 3000 meter di atas permukaan laut. Setelah terbang menanjak, angkotmu mendarat di sebuah lapang berbatu, di titik paling tinggi. Beberapa penumpang mulai mengeluarkan ponselnya dan mengabadikan pemandangan sekeliling. Si anak SMA meminta tolong pria paruh baya di sebelahnya untuk memotret dirinya berlatar awan-awan, dengan kedua tangan membentuk huruf V.

Dan sekarang dibawa summit attack naik angkot? Wow.

Entahlah. Sepertinya sang supir dengan segera dapat memahami apa-apa yang tengah berada di dalam benak penumpangnya. Sepertinya kekuatan gelombang pikiran itu ada benarnya juga. Mungkin saja masing-masing dari kami sama-sama sedang jengah dengan segala tetek-bengek kewajiban. Mungkin juga sang supir merasakan hal yang serupa. Kami sama-sama ingin kabur, untuk berlibur. Atau mungkin, mata kami sama-sama sudah terlalu sempit sudutnya sehingga bola mata tidak bisa berputar untuk memandang keadaan sekeliling yang menarik untuk disimak, karena terlalu lama menunduk terpaku pada layar kotak yang berpendaran cahaya itu. 

Agaknya kita tidak akan pernah mendapatkan pengalaman seperti itu di dunia nyata. Namun nyatanya, hal serupa masih dapat kita rasakan di sela-sela perjalanan. Kemanapun, kapanpun. Bahkan ke tempat yang paling rutin dikunjungi sekalipun. Ke kampus, ke kantor, ke bank...ah, tujuan bukan masalah. Kadangkala, perjalananmu lebih penting dari tempat yang akan dituju. It's not about the place, it's about the journey...

Untuk mengalaminya, pertama-tama kamu dapat mengganti kacamata-mu--atau bahkan bola matamu, dengan sesuatu yang baru, yang bisa membuat pengelihatanmu selalu menjelajah penasaran, sembari menelaah apa-apa yang terhampar di jalanan. Mata barumu akan mengajakmu melihat dan menyimak setiap hal kecil yang mungkin luput dari pandangan sehari-hari.

Kamu mungkin tidak menyadari, di sisi kiri jalan, ada sebuah gubuk panggung di tengah sawah yang tiap siang dihuni sejumlah orang makan-makan sambil berbincang di serambi sementara angin menidur-lelapkan anak laki-laki yang paling kecil, bila selama ini matamu tunduk lurus menghadap layar kotak yang kelap-kelip dalam genggaman selama perjalanan. Sekelilingmu tumbuh besar bersamamu. Pun anak laki-laki yang tengah tidur lelap itu. Di tahun pertama kuliahmu, ia bisa jadi merupakan seorang bocah yang kutu rambutnya masih suka ditindas oleh jari-jemari sang ibu, dan di tahun ketiga, ia sudah berseragam putih-merah; melintasi pematang untuk pergi bersekolah. Ada sebuah cerita baru di tengah rutinitasmu.

Aku sering memilih untuk menenggelamkan diri dengan pikiran melayang-layang seperti itu sepanjang jalan. Jeleknya, kadang aku turun lebih jauh dari tempat tujuan awal karena keasyikan. Jeleknya lagi, mungkin hal seperti ini membuat kesigapanmu berkurang karena dualisme kesadaran, alias jadi gampang kecopetan.

Tapi  merangkai cerita sendiri dari balik jendela kendaraan umum sebelum sampai di tempat tujuan akan membuatmu senantiasa memiliki pengalaman baru setiap hari. Tinggal pilih saja, mau menjadi apa dan mengamati siapa hari itu. Mengganti posisi menjadi seekor semut, misalnya. Itu juga menyenangkan, kok.

Maka aku tak heran ketika ada seorang wanita yang rela menukar jam keberangkatan demi duduk di samping jendela saat memesan kursi travel kala itu. Ia duduk di depanku kemudian. Sepertinya, ada sepenggal kisah yang setia menantinya dari suatu sudut jalan.







Sederhana

Jadi gini ; Ini adalah tulisan pertama yang diunggah pada 2017. Dan, sekaligus juga ku berlakukan sebagai postingan penanda, bah...