Sunday 9 June 2013

Ode Untuk Senin


Ketika berbenah kamar, saya tiba-tiba teringat sebuah kotak sepatu yang dulu dibungkus dengan kertas polkadot berwarna biru. Tangan saya merogoh rak buku yang isinya sudah tak keruan, dan kotak tersebut masih di sana, dengan debu menggantung di sisi bawahnya. Kotak tersebut saya gunakan untuk menaruh CD; Album musik, CD instalasi software, hingga CD-CD pas foto dan foto studio ternyata menumpuk di dalamnya. Saya memilah isinya, dan saya menemukan sebuah CD bersampul coklat dengan title “Monday Mix” di depannya.



“Banyak orang yang bilang benci hari Senin, I Hate Monday lah, Everyday’s Sunday lah, dan jadi males kerja ketika Senin datang. Emangnya kenapa sih? Gue harap lo nggak berpikiran sama.Denger aja ini tiap Senin”


Kurang lebih begitu isi pesan dari seorang teman saya ketika memberi saya mixtape ini. Niat abis, pikir saya ketika itu. Tapi benar juga, sih. Dosa apa Senin, hingga harus disumpah-serapahi orang sedunia, disebut-sebut dalam berbagai percakapan dengan nada yang mengeluh, diberikan cap dan terminologi sebagai hari yang dibenci. Yang dimaki sebenarnya kenyataan bahwa kita harus kembali menjumpai rutinitas yang kemungkinan besar tidak disukai. Dengan menumbalkan hari. Dengan menyalahkan Senin.

Senin berdiri sebagai sosok yang interpretatif, di tengah stigmanya sebagai hari ‘pembawa sibuk’, sebagian orang ternyata memiliki kesan berlainan. Setidaknya itu yang saya dapat setelah mendengarkan kembali setiap lagu dalam mixtape ini. 

The Innocence Mission – The Happy Monday
Mendengar The Innocence Mission hampir selalu seperti mendengar sepasang orangtua yang meninaboboi anaknya. Vokal Karen Peris memang nyaris 'tanpa dosa'. Lembut Mengawang. Dan kali ini ia menghadirkan Senin dengan manis. "The happy Mondays, we blow down alleyways in our raincoat in afternoons..."

Fats Domino – Blue Monday
Senin kembali pada tuduhannya yang melelahkan. Dalam irama blues yang ritmis, ia dilantunkan sebagai hari yang mengharuskan seseorang untuk kerja, kerja, dan kerja seharian. "...But then, it's a hard workin day, but i gotta get my pay." Well you are hated and wanted at the same time, dear Monday. 

The Mamas & The Papas – Monday Monday
Senin bisa datang dan pergi dengan harapan yang tidak pasti. Tidak ada yang bisa menjamin apa yang akan terjadi hari itu. Bisa saja kamu bahagia di Senin pagi. Tapi, di penghujung hari, Senin pergi dengan membawa serta keriaan yang kamu impikan. "Oh Monday, Monday, how could you leave and not take me?"

The Carpenters – Rainy Days and Mondays
Hari dengan hujan di dalamnya sama saja dengan hari Senin. Membuatmu murung. Apalagi bila disertai lantunan musik ballad nan minor, dengan vokal khas Karen Carpenter yang sederhana dan selalu 'ngena'. "Rainy days and Mondays always get me down..."  

John Prine- Long Monday
Track ini adalah favorit saya. Kebersahajaan vokal John Prine dalam nuansa folk akustik dan alt-country sedikit banyak mengingatkan saya pada sosok Bob Dylan. Lagu ini agaknya menggambarkan sebuah kerinduan tak bertepi, dua puluh empat jam per tujuh hari. Senin mewujud rentang waktu yang menjauhkan ia dengan yang dinanti. Dalam Senin ia memutar kembali kebersamaan kemarin hari, yang akan dijumpainya seminggu lagi. "Now, come on baby, give me a kiss that'll last all week."

Wilco – Monday
Inferiorisme kadang mengawali sesuatu untuk terlampiaskan dalam jalur yang tidak semestinya. Memberontak, mungkin. Bisa jadi Senin memang melambangkan segala awal rutin kesibukan, Senin adalah yang paling memiliki hubungan dekat dengan "kelas" dan "sekolah", bila memang harus dipaksakan konteksnya. Nuansa indie alt-rock semakin membuat Wilco dapat mengkhianati keberadaan Senin yang mengganjal dengan lantang. "Monday, I'm all high. Get me out of TLA. Well, i cut class in school, yeah."

God Help The Girl- Come Monday Night
Sepertinya anggapan akan Senin sebagai hari penghadir lelah memang sudah menempel di benak banyak orang. Senin malam, lekas datang. Malam akan segera menenggelamkan kamu, wahai hari penuh kerjaan. The day of work is done. Dalam twee-pop yang manis dan santai, lagu ini sepertinya memang cocok disenandungkan sepulang berkegiatan. "Then you would sleep much better, baby you would sleep much better..." 

Tegan and Sara – Monday Monday Monday
Senin mungkin menjadi titik awal masalah bermula. Di hari itu, aku memutuskan tidak lagi peduli dan, pergi saja, wahai kamu dan mood turun naikmu. Ketidakpedulian yang disampaikan dengan penuh rasa peduli. "Oh, and I? I say, damn your moodswing"

The Saturday Guy – Frozen Monday
Si pria hari Sabtu meragu atas lingkung persekitarannya yang berubah dan nampak tak berkesudahan. Semua berujung pada hal yang lagi-lagi sama. Di sore hari, dengan udara yang bisu, Senin ikut membeku. "Everywhere I look, it ends the same..."

Flunk – Blue Monday
Menerka memang seringkali menggiringmu pada kebimbangan. Tentang apa yang ia pikirkan. Tentang apa yang kita pikirkan. Tentang apa yang ia ingin kita lakukan. Tentang teka-teki rasa yang akhirnya hanya menyembulkan luka. Dan kesemuanya meretas dalam Senin yang membiru. "Treat me like you do..." 

No comments:

Post a Comment

Sederhana

Jadi gini ; Ini adalah tulisan pertama yang diunggah pada 2017. Dan, sekaligus juga ku berlakukan sebagai postingan penanda, bah...